RANGKUMAN FILSAFAT JAINA
Filsafat
Jaina membahas tiga hal pokok yaitu
tentang epistimologi (teori
pengetahuan termasuk logika), metafisika
dan etika serta agama.
A.
Epistimologi Jaina
Dalam hal ini membahas tentang pengetahuan dan
jenis-jenisnya.
Inferensi dikatakan valid apabila mengikuti
kaidah-kaidah yang tepat. Testimoni verbal dikatakan pengetahuan yang valid
apabila memberikan laporan dari otoritas terpercaya yang diterima dari
orang-orang suci yang telah terbebaskan, dan pengikut Jaina yang telah mendapatkan pengetahuan yang benar tentang
ajaran-ajaran jaina. Pengetahuan
diklarifikasi sebagai berikut :
1.
Pengetahuan
langsung (Aparakosa).
2.
Pengetahuan
antara/tidak langsung ( Parakosa).
3.
Pengetahuan salah
(Samsaya/keragu-raguan).
4.
Pengetahuan Pramana adalah pengetahuan tentang
sesuatu seperti apa adanya.
5.
Naya adalah
pengetahuan tentang benda dalam hubungannya dengan benda lain, Naya sama dengan titik pandang atau
pendapat dari mana seseorang membuat pernyataan tentang sesuatu.
Tiga jenis aparakosa
yaitu : 1). Avadhi adalah
kemampuan terhadap hal-hal yang tidak tampak oleh indriya, 2). Manahparyaya adalah telepati, 3). Kevala adalah kemahatahuan.
Dua jenis pengetahuan parakosa yaitu : 1). Sruta
adalah pengetahuan yang diambil dari otoritas. 2). Mati adalah pengetahuan yang mencangkup pengetahuan perseptual dan inferensial. Perseptual
dalam arti pengetahuan itu diperoleh melalui panca indriya. Cakupan pengetahuan
yang diperoleh melalui pikiran disebut pengetahuan konseptual. Inferensial
dimaksudkan pengetahuan yang diperoleh dengan menarik kesimpulan dari
pernyataan-pernyataan faktual yang diambil sebagai bukti bagi kesimpulan.
Pernyataan-pernyataan itu mengandung dua aspek yaitu :
1). Aspek deduksi adalah suatu proses
menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan (premis-premis) sehingga tercapai kesimpulan yang pasti dengan
aturan-aturan logika. 2). Aspek induksi
adalah menarik kesimpulan tidak berdasarkan pernyataan-pernyataan (premis-premis ) menurut keharusan
logika.
B.
Metafisika Jaina
Dalam
hal ini membahas tentang Alam semesta
Alam semesta tidak diciptakan atau ditopang oleh
sesuatu apapun yang super natural. Alam semesta tidak berawal dan tidak
berakhir, bergerak karena berkenan dengan hukum alam. Realita memiliki dua
katagori yang berbeda yaitu : 1). Jiwa yang memiliki kehidupan dan kesadaran,
bisa dalam keadaan terbebaskan, itu berarti jiwa memiliki pengetahuan yang
sempurna kemurnian, kedamaian, dan kekuatan. Ketika dalam keadaan tidak
terbebaskan / terbelenggu, ia memiliki jasmani dan dihubungkan dengan kekuatan karma, sehingga kemuliaannya yang sejati
ternoda. Ibarat logam yang tidak bersinar terbungkus karat. Eliminasilah jiwa
dengan karma agar ia kembali kepada
kemuliaannya. 2). Ajiwa tidak
memiliki kesadaran sehingga tidak ada muncul kehidupan. Ajiwa terdiri atas lima kesatuan diantaranya :
1.
Zat / matter (Pudgala) sebagai pembentuk badan
jasmani dan obyek-obyek material.
2.
Ruang (Akasa).
3.
Waktu (Kala) untuk eksistensi obyek-obyek.
4.
Dharma.
5.
Adharma.
Pandangannya terhadap alam semseta berpegangan pada
tiga Pramana yaitu : Persepsi ( Pratyaksa), Inferensi ( Anumana) dan Otoritas ( Sruta). Melalui Inferensi Jaina percaya dengan adanya ruang ( akasa) karena substansi-substansi
material eksis dalam ruang, percaya kepada waktu karena perubahan berurut dari
suatu keadaan substansi tidak dapat difahami tanpa waktu, percaya kepada dharma dan adharma karena kedua unsur ini adalah dua penyebab gerakan dan
penghentian. Tanpanya penggerak dan penghentian gerakan tidak bias dijelaskan,
dan obyek-obyek material tidak dapat ditentukan eksis dalam ruang dan waktu.
Ruang, waktu, dharma, dan adharma adalah empat elemen dunia pisik.
Persepsi dapat dipergunakan untuk membuktikan roh
dalam setiap tubuh, caranya dengan memahami eksistensi setiap tubuh hidup
(kenikmatan dan penderitaan dialami roh), itu mengindikasikan roh secara
langsung diketahui melalui persepsi, dapat diketahui kualitas. Jaina berpendapat kalau dunia pisik
dibentuk oleh kala, akasa, dharma dana dharma. Apabila ada elemen Pudgala
(matter/zat) maka keseluruhan
elemen tersebut menentukan fenomena alam semesta.
C.
Etika serta
agama Jaina
Dalam
hal ini membahas tentang Karma dan Penyelamatan
Menurut jaina,
karma adalah sesuatu yang wujud dan bersifat kebendaan bercampur dengan roh
yang seolah-olah memegang kendali. Percampuran ini diibaratkan air bercampur
dengan susu. Begitulah karma berbaur
dengan roh dengan demikian jadilah roh sebagai tahanan dalam kekuasaan karma. Jaina adalah filsafat dan juga agama. Dalam aspek religinya ia
percaya pada karma dan kelahiran kembali
yang lazim diistilahkan sebagai pengembalian roh. Untuk lepas dari cengkraman karma, diperlukan kontinyuitas kelahiran
hingga suatu saat menjadi suci, dan kemauan keduniawian menjadi hilang, yang
ada hanya roh yang kekal dalam kenikmatan yang abadi. Roh dikatakan jamak,
terdapat roh sebanyak tubuh yang ada baik manusia, binatang, dan
tumbuh-tumbuhan serta bahkan debu sekalipun, memiliki pengetahuan dan tingkat
yang berbeda. Untuk membuktikan roh diperlukan persepsi artinya ketika
seseorang secara internal memahami kenikmatan, penderitaan dan
kualitas-kualitas lain, maka pada saat itulah roh dipandang sebagai roh yang
terbelenggu, Jiwatman memiliki badan
jasmani dan dihubungkan dengan kekuatan karma
sehingga kemuliaannya ternoda. Oleh karena itu Jaina menyarankan agar mengeliminasi roh / jiwatman dengan karma,
mengembalikan jiwa pada kemuliaannya, bila berhasil disebut penyelamatan.
Penyelamatan adalah
sebutan yang diberikan kepada siapa saja yang rohnya telah mencapai kenikmatan
dan kebahagiaan yang abadi. Penyelamatan bisa dicapai bila telah terlepas dari karma, kelahiran berulang-ulang hingga
seseorang menjadi suci dan kemauan untuk lahir pun tidak ada lagi. Ketika
penyelamatan terjadi, maka berhentilah amal dan karma serta kehidupan yang bersifat kebendaan, yang tinggal adalah
roh dalam kenikmatan kebahagiaan yang abadi. Penyelamatan itu tidak terjadi
kecuali melalui tingkat kemanusiaan yang penuh dengan halangan dan kesulitan
sebagaimana yang dilakukan para pendeta, seperti tidak merasa kasih, suka dan
duka, takut, malu, lapar, dahaga dan ahimsa.
Semua ini sangat berat dilakukan oleh orang kebanyakan. Penyelamatan adalah
suatu kejayaan mendapatkan kegembiraan yang kekal abadi, tidak dikotori
kepedihan, kebimbangan dan kedukaan. Bagi yang telah mencapainya dikatakan
berada diatas langit.
KESIMPULAN
Filsafat Jaina membahas tiga hal pokok yaitu :
1.
Epistimologi Jaina
Pengetahuan diklarifikasi sebagai berikut :
1.
Pengetahuan
langsung (Aparakosa).
2.
Pengetahuan
antara/tidak langsung ( Parakosa).
3.
Pengetahuan salah
(Samsaya/keragu-raguan).
4.
Pengetahuan Pramana adalah pengetahuan tentang
sesuatu seperti apa adanya.
5.
Naya adalah
pengetahuan tentang benda dalam hubungannya dengan benda lain, Naya sama dengan titik pandang atau
pendapat dari mana seseorang membuat pernyataan tentang sesuatu.
2.
Metafisika
Jaina
Alam semesta tidak diciptakan atau ditopang oleh
sesuatu apapun yang super natural. Alam semesta tidak berawal dan tidak
berakhir, bergerak karena berkenan dengan hukum alam. Pandangannya terhadap
alam semseta berpegangan pada tiga Pramana
yaitu : Persepsi ( Pratyaksa),
Inferensi ( Anumana) dan Otoritas ( Sruta). Jaina berpendapat kalau dunia pisik dibentuk oleh kala, akasa, dharma dana dharma.
Apabila ada elemen Pudgala (matter/zat) maka keseluruhan elemen
tersebut menentukan fenomena alam semesta.
3.
Etika
serta agama Jaina
Karma adalah sesuatu yang wujud dan bersifat kebendaan
bercampur dengan roh yang seolah-olah memegang kendali. Percampuran ini
diibaratkan air bercampur dengan susu. Begitulah karma berbaur dengan roh dengan demikian jadilah roh sebagai
tahanan dalam kekuasaan karma. Penyelamatan
adalah sebutan yang diberikan kepada siapa saja yang rohnya telah mencapai
kenikmatan dan kebahagiaan yang abadi. Penyelamatan bisa dicapai bila telah
terlepas dari karma, kelahiran
berulang-ulang hingga seseorang menjadi suci dan kemauan untuk lahir pun tidak
ada lagi
Daftar Pustaka
Maswinara
I Wayan.2006.Sistem Filsafat Hindu.Sarva
Darsana Samgraha.Surabaya.Paramitha.
Sumawa, I Wayan dan Tjokorda Raka Krisnu. 1996. Materi
Pokok Darsana. Universitas Terbuka : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar